Jatuh, baru saja ku jatuh.
Sakit, sedikit sakit. Namun ku tak mau menikmati rasa sakitku dan berlama - lama bersimpuh dalam jatuhku.
Kupikir ku jatuh karena kekosongan batinku, karena kekosongan jiwa dan hatiku. Karena kekalutan diriku. Tapi seolah kudisadarkan, bahwa semua itu karena ku mengosongkannya sendiri.
Saat ku jatuh, saat ku terluka, sesaat ku ingat apa yang pernah dikatakan oleh sahabatku, teman hidupku.
Ku harus kuat, ku harus dewasa, ku harus tegar.
Ya, karena itulah ku bangkit. Karena itulah ku berdiri lagi.
Sesaat setelah ku bangkit, ku merindukan suara sahabatku. Kuadukan padanya akan sakitku. Ku benar - benar rindukan suaranya. Tuk sejenak ku merasa lebih baik. Suaranya menyejukkan hatiku. Itu menyadarkanku bahwa ternyata hatiku masih menyembunyikan rasa itu. Rasa yang hanya kumiliki untuknya. Bukan untuk yang lain.
Namun, ia masih inginkan kesendirian. Seolah apapun tak menggemingkan nalurinya.
Ya, batinku, jiwaku, hatiku benar - benar kosong setelah ku sadar, ku telah mengosongkannya sendiri. Karena keterpakuanku padanya.
Padahal, ku tak dapat membuatnya bergeming saat ini karena ku telah mengosongkan batin dan jiwanya. Kurenggut kebebasannya. Kujatuhkan hatinya berkali - kali.
Bodoh memang, ku sia-siakan kesempatan ini. Kubuat semua ini tak karuan. Kubuatnya menderita. Padahal kebebasan itu penting baginya. Karena itupun pernah terenggut karena keegoisan masa lalu. Haruskah ku menghancurkannya lagi? Haruskah ku menghancurkan diriku pula? Tidak! Itu semua tak boleh terjadi.
Padahal ku esok kan pergi, pergi tuk merajut mimpiku, masa depanku. Namun, siapa yang tahu apa yang kan terjadi padaku di masa depan jika ku begini? Yang ku tahu, ku bisa meraihnya jika ku mau meraihnya dengan jemariku.
Ingin ku singkirkan sejenak Amerika. Ingin kusingkirkan sejenak kekalutanku. Ingin ku singkirkan sejenak rutinitasku. Karena ku tak mau menyingkirkannya dari relung hatiku. Ku hanya ingin merengkuhnya. Ku hanya ingin meraih hatinya. Ku hanya ingin menopangnya saat ini.
Karena jatuhku menyadarkanku.
Untung, aku jatuh!
Sakit, sedikit sakit. Namun ku tak mau menikmati rasa sakitku dan berlama - lama bersimpuh dalam jatuhku.
Kupikir ku jatuh karena kekosongan batinku, karena kekosongan jiwa dan hatiku. Karena kekalutan diriku. Tapi seolah kudisadarkan, bahwa semua itu karena ku mengosongkannya sendiri.
Saat ku jatuh, saat ku terluka, sesaat ku ingat apa yang pernah dikatakan oleh sahabatku, teman hidupku.
Ku harus kuat, ku harus dewasa, ku harus tegar.
Ya, karena itulah ku bangkit. Karena itulah ku berdiri lagi.
Sesaat setelah ku bangkit, ku merindukan suara sahabatku. Kuadukan padanya akan sakitku. Ku benar - benar rindukan suaranya. Tuk sejenak ku merasa lebih baik. Suaranya menyejukkan hatiku. Itu menyadarkanku bahwa ternyata hatiku masih menyembunyikan rasa itu. Rasa yang hanya kumiliki untuknya. Bukan untuk yang lain.
Namun, ia masih inginkan kesendirian. Seolah apapun tak menggemingkan nalurinya.
Ya, batinku, jiwaku, hatiku benar - benar kosong setelah ku sadar, ku telah mengosongkannya sendiri. Karena keterpakuanku padanya.
Padahal, ku tak dapat membuatnya bergeming saat ini karena ku telah mengosongkan batin dan jiwanya. Kurenggut kebebasannya. Kujatuhkan hatinya berkali - kali.
Bodoh memang, ku sia-siakan kesempatan ini. Kubuat semua ini tak karuan. Kubuatnya menderita. Padahal kebebasan itu penting baginya. Karena itupun pernah terenggut karena keegoisan masa lalu. Haruskah ku menghancurkannya lagi? Haruskah ku menghancurkan diriku pula? Tidak! Itu semua tak boleh terjadi.
Padahal ku esok kan pergi, pergi tuk merajut mimpiku, masa depanku. Namun, siapa yang tahu apa yang kan terjadi padaku di masa depan jika ku begini? Yang ku tahu, ku bisa meraihnya jika ku mau meraihnya dengan jemariku.
Ingin ku singkirkan sejenak Amerika. Ingin kusingkirkan sejenak kekalutanku. Ingin ku singkirkan sejenak rutinitasku. Karena ku tak mau menyingkirkannya dari relung hatiku. Ku hanya ingin merengkuhnya. Ku hanya ingin meraih hatinya. Ku hanya ingin menopangnya saat ini.
Karena jatuhku menyadarkanku.
Untung, aku jatuh!
Linggayani Soentoro
April 10, 2010
No comments:
Post a Comment