Ku harus berteduh. Sembari menunggu air - air itu mengering dari jalanan.
Tapi rasanya lama.
Mendung!
Ku lihat langit cukup gelap siang itu. Tak cerah, awan pun menghitam.
Dingin!
Ku pakai jaket merahku. Tetap saja dingin. Air sudah merasuk dan merayapi tubuhku.
Angin pun tak sepoi - sepoi.
Tapi aku suka hujan!
Aku suka suara gemericik air yang berjatuhan dari atas.
Aku suka bau yang merebak saat hujan.
Aku suka berbasah - basah ria, berhujan - hujanan
walau ku cukup enggan saat waktuku memburu dan pekerjaanku menungguku.
Aku menikmati waktuku bermain dengan hujan.
Ku tak bisa menikmati hujan saat itu.
Baunya pun tak tercium lezat.
Gemericik air pun tak kuindahkan.
Terlalu terobsesi dengan kehidupan lain
Yang merambah diriku untuk tak mengindahkan alam lagi.
Ya,
seperti halnya hujan,
dan seperti halnya alam sekarang,
tiba - tiba muncul dan tiba - tiba pergi,
selalu berubah - ubah, tak ada yang pasti.
Kadang, kuterkaget - kaget
Hujan tiba - tiba datang.
Aku tak siap!
Aku sedang sibuk!
Aku harus pergi!
Aku tak bisa bermain dengan hujan.
Padahal ku ingin sekali
menghabiskan waktuku denganmu.
Aku tak suka payung.
Aku tak suka jas hujan.
Kalau bisa, aku tak suka memakai jaket.
Aku ingin merasakan air hujan itu menyentuh tubuhku.
Karena kuingin!
dan karena aku mau!
Tapi hujan selalu datang tak menentu.
Saat kumau,
hujan tak ada.
Saat kuingin,
hujan pun tak kunjung tiba.
Saat ku meluangkan waktu,
ku tak bisa melihat setetes airpun datang dari langit!
Ah, kemana air - air itu?
Hujan,
kuingin kau datang lagi
cepat lah datang!
ku sudah tak tahan
ingin bermain dengan mu
tanpa payung dan jas hujan
Ku ingin membasahi diriku dengan tetesan - tetesanmu.
Ku ingin mencium semerbak bau pohon dan tanah.
Ku ingin mendengar suara gemericik itu.
Mungkin kau sengaja,
suka datang dan pergi tiba - tiba
supaya aku dapat selalu merindukan kedatanganmu
supaya aku dapat selalu mencari - cari dirimu
dan supaya aku dapat memahami arti kehadiranmu
Aku suka hujan!
Meskipun sedikit dingin.
Meskipun sedikit berangin.
dan meskipun sedikit membuatku tergenang.
(dan mestinya aku menulis "dan meskipun kau sering datang dan pergi sesuka hatimu")
Aku suka itu semua!
Meski kau tak seindah musim semi.
Meski kau tak sehangat musim panas.
Tak apa.
Bunga - bunga pun masih mau tumbuh saat hujan.
Diriku pun masih ingin bermain denganmu.
Paling tidak, masih ada satu orang di dunia ini yang mau menikmati indahnya hujan!
Kau harus bersyukur akan itu!
Ah, tapi kau mungkin tahu.
Ada juga yang suka bermain denganmu.
Makanya, kau sering mendatangi mereka.
Dan mungkin, saat mereka enggan bermain denganmu,
kau datangi aku.
Tapi, Hujan...
Apa mereka benar - benar menikmatimu?
Apa mereka benar - benar mencintai tetes - tetesanmu?
Apa mereka benar - benar menyukai semerbak baumu?
Apa mereka benar - benar tak suka menggunakan payung dan jas hujan seperti diriku, hanya untuk menikmatimu?
Hujan...
Cepat kemari...
aku tahu, kau tak punya hati selembut sinar mentari
aku tahu, kau tak wangi seperti kembang di musim semi.
aku tahu, kau tak sedingin salju dan es di sana.
Aku suka hujanku.
Aku suka dinginmu.
Aku suka gemericikmu.
Tak apa.
Aku suka, karena memang yang kuinginkan seperti itu!
Aku tak mau salju. Aku tak mau es.
Aku tak mau sinar mentari. Aku tak mau musim semi.
Aku juga tak suka angin yang terlalu kencang.
Aku suka kau, hujan!
Apa kau tak mengerti juga?
Aku bisa meluangkan waktuku saat hujan.
Aku bisa menikmati hidupku saat hujan.
Aku bisa menyeruput hangatnya coklat panas di kala hujan.
Aku bisa tidur dengan nyenyak saat hujan.
Bahkan mungkin, Indomie rebus pun terlihat lebih lezat saat hujan.
Aku bisa bercengkerama dengan mama dan papa saat hujan.
Aku bisa meluangkan waktu lebih panjang dengan murid - muridku saat hujan. (karena mereka menunggumu pergi)
Aku bisa menikmati novel - novel itu dan majalah Cosmopolitanku saat hujan.
Aku bisa menemukan diriku kembalii saat hujan.
Hujan,
ingatkah kau?
Saat itu aku sedang sedih,
aku menangis.
Aku memilih bermain denganmu
dan kau membawa air mataku pergi.
Entah, air mata itu kemana.
Mengalir pergi bersama dengan tetesan - tetesan kecilmu.
Aku hancur saat itu,
dan kau hadir,
melunturkan segala kegalauan yang sedang kualami.
Hujan,
aku senang berlari - lari saat kau hadir.
Aku tak berlari pergi
walaupun saat itu aku takut basah!
Denga seringnya kau hadir kala itu
lalu membasahiku,
aku mulai terbiasa,
dan aku mulai menyukainya.
Hujan...
ku mau kau datang lagi
Ku mau bermain denganmu lagi
Ku mencurahkan segalanya padamu
Ku ingin menikmati dan menghabiskan waktu dengan mu!
Ku harap, kau tak terlalu sibuk berkelana mencurahkan tetesan - tetesanmu...
Ku harap, ku dapat bermain denganmu lagi...
Aku suka hujan!
Bagaimana dengan kamu?
Linggayani Soentoro
24 September 2010, 00:42
No comments:
Post a Comment