Ah, tolong seseorang, bisa memasukkanku ke dalam kotak kargo dengan lubang udara secukupnya?
Di sini aku tak memiliki cukup oksigen untuk bernafas, berkata - kata dan mengemukakan pendapat.
Bisa saja kuutarakan ide - ide gilaku dengan gamblang dan blak - blakan.
Tetapi makhluk - makhluk di sini nampaknya tak memperdulikannya.
Merasa bahwa aku ini terlalu keras menjalani hidup, terlalu keras belajar dan bekerja dan terlalu keras pada diri sendiri.
Aku ingin mengadakan poling (seperti poling SMS 7 Keajaiban Dunia Pulau Komodo) apakah di belahan bumi yang lain, didiami dengan karakter makhluk yang sama? Apakah ukuran otak mereka lebih kecil?
Atau mental mereka yang mengimbangi kerasnya zaman?
Mungkin aku sedang hidup di zaman pra-sejarah. Atau sedang menghadapi makhluk - makhluk purba, tak ada komputer, tak ada tablet PC. Tak ada pula listrik,
Apa lagi Blackberry yang sering kacau sana sini.
Aku mungkin sedang menaiki mesin waktu, ke masa lalu. Atau mungkin aku membutuhkan mesin waktu untuk melihat masa depan.
Punahkah mereka?
Lalu siapa yang akan bertahan?
Semua yang mampu membaca perubahan zaman?
Ataukah juga semua yang kritis terhadap lingkungannya?
Atau makhluk - makhluk yang memiliki kesadaran diri, self-awareness istilah kerennya.
Ah, katanya, kata - kataku ini terlalu dalam.
Secara implisit tentu saja.
Dalam? Ataukah engkau yang terlalu dangkal?
Makhluk - makhluk itu berkata lagi, "DIA GILA," menyebutku demikian,
Apakah demikian?
Apakah normal itu? (Seperti kata makhluk yang sama gilanya dengan aku)
Mengapa kamu merasa tidak normal?
Bahkan di twitter hari ini pun, ku temukan,
Dari seseorang yang berada di belahan bumi lain: WHY ARE YOU TRYING SO HARD TO FIT IN IF YOU WERE BORN TO STAND OUT?
Mungkin ada kesalahan proses reinkarnasiku!
~tolong Tuhan, ku ingin hidup di belahan bumi lain, bersama dengan makhluk - makhluk yang memiliki kesehatan mental, kedalaman otak dan keinginan untuk maju!~
Aku lelah...
Labels
EDUCATION
(4)
Friends
(4)
l'amour et la vie
(44)
me and HIM
(14)
school life
(6)
TeAcHiNg
(6)
Voice For My Country
(4)
Woman
(1)
Monday, December 12, 2011
Semoga tak benar - benar tenggelam di Samudra Pasifik
Sudah ditulisnya dengan rapi segala sesuatu yang perlu dia utarakan.
Hanya saja menunggu waktu yang tepat untuk mengirimkannya.
Mungkin di hari ia mengirimkannya, harapannya adalah kirimannya itu akan tenggelam di Samudera Pasifik atau mungkin terinjak - injak unta di tengah Gurun Sahara, atau mungkin terbang bersama burung - burung yang sedang bermigrasi ke selatan.
Ah, kalau saja mereka tidak memiliki perbedaan ruang dan waktu.
Pernah dia mencoba untuk menghapus segalanya dari benaknya, namun ia tak kuasa.
Percakapan mereka pun cukup dalam. Mereka memiliki selera humor yang sama. Selera makanpun juga sama, sama besarnya dengan tubuh - tubuh mereka.
Tak tahulah bagaimana nasibnya nanti,
Toh semua sudah dilakukan dengan segenap daya upaya.
Tinggal menunggu saja, alam semesta bekerja. Entah bagaimana...
Dia hanya perlu percaya...
Hanya saja menunggu waktu yang tepat untuk mengirimkannya.
Mungkin di hari ia mengirimkannya, harapannya adalah kirimannya itu akan tenggelam di Samudera Pasifik atau mungkin terinjak - injak unta di tengah Gurun Sahara, atau mungkin terbang bersama burung - burung yang sedang bermigrasi ke selatan.
Ah, kalau saja mereka tidak memiliki perbedaan ruang dan waktu.
Pernah dia mencoba untuk menghapus segalanya dari benaknya, namun ia tak kuasa.
Percakapan mereka pun cukup dalam. Mereka memiliki selera humor yang sama. Selera makanpun juga sama, sama besarnya dengan tubuh - tubuh mereka.
Tak tahulah bagaimana nasibnya nanti,
Toh semua sudah dilakukan dengan segenap daya upaya.
Tinggal menunggu saja, alam semesta bekerja. Entah bagaimana...
Dia hanya perlu percaya...
Subscribe to:
Posts (Atom)